Selasa, 03 Maret 2009

Dibalik arti Sasak Lebung

Beberapa hari yang lalu saya menanyakan arti “Sasak Lebung” ke mailing list Komunitas Sasak. Kebetulan saat itu ada semeton yang menggunakan istilah itu pada post-nya dan menggunakannya untuk menyebut mereka yang memaksakan segala hal dilombok haruslah “sasak”. Saya sendiri hampir tidak pernah lagi menggunakan istilah tersebut. Tapi dulu, ketika saya menduga bahwa istilah tersebut berarti “asli sasak” atau “tidak diragukan kesasakannya”, saya dan rekan-rekan sering menggunakannya untuk menegaskan kesasakan seseorang, atau bahkan diri saya sendiri (saya sempat menggunakan nick sasaclebunk di MIRC, dan menempel sticker bertuliskan kata yang sama di pintu kosan). Istilah itu kami anggap berarti bahwa seseorang adalah keturunan asli sasak, lahir besar di lombok, dan tentunya mahir berbahasa sasak.

Tipikal rangkaian percakapan dimana kami kemudian memilih untuk menggunakan istilah tersebut biasanya seperti berikut ini.
A : “Lekan Lombok ke loq X?” (Si X orang lombok ya?)
B : “Iye wah, dengan lombok iye”. (Iya benar, dia orang lombok)
A : “Tao ke iye base sasak?” (Dia bisa berbahasa sasak?)
B : “Adooo, sasak lebung iye miq.” (Wah, dia sih jangan diragukan sasaknya)

Trus, karena merasa tidak pernah begitu mengerti baik arti istilah tersebut, dan apa yang ditawarkan semeron itu berbeda dengan apa yang selama ini samar-samar saya pahami, saya lantas menanyakannya ke mailing list, khususnya ke Tuaq Hazairin Junep yang memiliki kelebihan dalam urusan bahasa (ybs seorang polyglot, dari inggris, perancis, hingga rusia dan esperanto, plus pengetahuan mengenai bahasa sansekerta).
Benarlah, beberapa hari kemudian beliau menjawab pertanyaan tersebut secara tidak langsung dengan gaya khasnya, bercerita. Cerita yang ia mulai dengan sebuah percakapan antar pemuda yang ia dengar di Stasiun Tugu (YK) dan kemudian diakhiri dengan ulasan mengenai beberapa sebutan yang sering ditempelkan orang-orang sasak kepada rekan-rekannya.Sayang, saat tulisan ini saya publish, tulisan Tuaq Junep belum muncul di sasak.org, sehingga saya tidak bisa menyediakan linknya. (update 170209: tulisan dapat diakses di sini)

Khusus mengenai sasak lebung, beliau mengemukakan bahwa istilah ini merujuk pada karakter yang fanatik sehingga muncul sifat “pagah” namun rapuh hingga mudah diombang-ambingkan kemana saja oleh orang yang ia percayai. Beliau juga menyebutkan secara tidak langsung bahwa karakter ini sangat mudah dijumpai di tataran akar rumput bangsa sasak, dan bila dimanfaatkan dengan tepat, bisa diarahkan untuk kemajuan bangsa sasak.
Hmmm, penjelasan yang menarik Sasak lebung rupanya berkonotasi sangat negatif, dan saya sekarang harus berhati-hati dalam menggunakan istilah tersebut.
Glosarium
pagah = keras kepala, tapi tidak kritis
sasak = suku asli penghuni pulau lombok (well, istilah “suku asli” agak-agak kurang tepat sebenarnya)

1 komentar: